Rasa percaya diri merupakan salah satu elemen penting dalam keberhasilan seorang anak dalam menjalani kehidupan. Jika rasa percaya dirinya tinggi, maka bisa dikatakan daya juangnya juga tinggi. Nanti di masa depan, ketika dia menemukan masalah hidup yang pelik, dia akan lebih mudah menghadapi dan menjalaninya. Hal inilah yang perlu dipahami para orang tua agar bisa melatih rasa percaya diri si anak sejak usia dini.

Untuk melatih rasa percaya diri anak tidak bisa dilakukan sehari, dua hari, atau sebulan dua bulan. Para orang tua harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan mampu membangun lapisan rasa percaya diri anak secara bertahap.

Apa Itu Percaya Diri Pada Anak? Samakah dengan Dominan?

Sebelum masuk ke tahapan yang perlu dilakukan untuk membangun rasa percaya diri anak, mari kita pahami terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud rasa percaya diri. Rasa percaya diri pada anak merupakan sebuah keyakinan positif dalam diri anak akan kemampuan mereka. Hal ini akan membuat si anak secara umum bisa mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari dan berani mencoba hal baru. Sedikit banyak dia akan mengkesampingkan hasil usahanya dan tak peduli jika gagal. Ada rasa dalam dirinya yang mendorong, jika gagal dia bisa mencobanya kembali.

Para orang tua harus bisa membedakan bibit rasa percaya diri dengan sikap anak yang agresif. Kadang dalam dunia anak-anak ada beberapa anak yang cenderung dominan hingga agresif. Hal ini bukan sepenuhnya negatif, hanya saja perlu perhatian lebih dari para orang tua agar sikap dominan si anak tidak berkembang menjadi agresif dan merugikan anak lain.

Misalnya dalam sebuag kelompok bermain ada anak A yang selalu menjadi pemimpin grup dan mengatur teman-temannya. Ini adalah bibit positif seorang pemimpin, namun di suatu momen, Si A terlalu dominan dan menjadi agresif kepada teman-teman yang tidak satu suara dengannya. Di sinilah peran pengawasan diperlukan, orang tua atau pengasuh harus mampu memahamkan Si A kalau pendapat orang lain perlu dihargai dan tidak semua orang harus menuruti keinginannya. Semua bisa berjalan dengan saling memahami. Tentu saja hal ini tidak bisa sekali dua kali dilakukan, sounding harus dilakukan terus menerus, secara halus, mengayomi, namun tetap tegas.

Cara Membangun Rasa Percaya Diri Anak

Perlu diketahui para orang tua, rasa percaya diri paling mudah dibangun di lingkungan rumah si anak, dalam circle kecil kehidupannya. Antara ayah, ibu, dan si anak. Oleh karena itu di rumah harus diciptakan lingkungan yang aman dan mendukung aktivitas si kecil.

Jika anak ingin mencoba hal baru atau ingin bermain dengan cara baru, maka ayah atau ibu harus mengusahakan si anak mendapat area atau lahan yang cukup untuk mengobati rasa penasarannya. Si kecil akan sesekali mendapati kesulitan, coba kasih dorongan untuk menyelesaikan masalah itu secara mandiri. Jika si kecil mentok, baru dibantu dengan diberi penjelasan terkait bagaimana menyelesaikan masalah. Sesekali ajak si kecil mencoba-coba hal baru dan tegaskan ke si kecil kalau gagal atau salah saat mencoba itu hal biasa. Jadwalkan eksperimen-eksperimen unik tanpa khawatir terkait hasilnya akan bagus atau jelek.

Setelah menyediakan lahan yang aman dan mendukung, ayah dan ibu harus terbiasa memberikan validasi yang spesifik untuk si anak. Misalkan hari ini si anak sudah berani bergelantungan di pull up bar yang biasa dipakai sang ayah berolahraga. Jangan sekedar memuji dengan kata bagus atau keren, cobalah pujian yang spesifik, “Wah hebat, sudah berani gelantungan seperti ayah”.

Berdasarkan riset ilmiah, pujian-pujian spesifik ini membuat si anak memahami apa yang mereka capai. Validasi positif itu membuat si anak memunculkan hasrat untuk mengulangi aktivitas serupa dan mencoba hal-hal baru yang belum dia lakukan.

Semuanya Harus Bertahap, Jangan Buru-Buru

Para orang tua terkadang lupa jika anak mereka masih anak-anak. Para orang tua kadang hanya memikirkan jika sang anak harus segera bisa menjadi sosok yang penuh percaya diri. Padahal semua harus dilakukan secara bertahap dan pelan-pelan. Berikan anak rasa nyaman untuk berkreasi, jangan terlalu didorong dan dipaksa yang malah akan menciptakan ruang tak nyaman bagi si kecil untuk belajar dan berkembang.

Yuk mari kita lebih belajar lagi menjadi orang tua yang sabarnya diperpanjang. Orang tua yang pikirannya selalu positif terkait tumbuh kembang si anak. Jangan terlalu banyak khawatir ini itu.

Bangun Percaya Diri Anak Melalui Contoh

Para orang tua harus ingat, anak adalah cerminan orang tuanya. Oleh karena itu contoh dari orang tua akan menjadi dorongan positif bagi si anak untuk membangun rasa percaya diri. Saat bersama si anak, jadilah sosok ramah dan suka bersosialisasi. Saat belanja di Warung Madura, sempatkan untuk menyapa penjual dengan cara ramah dan santai. Hal ini bisa direkam oleh sikecil sebagai cara paling aman untuk mengenal orang baru. Dia pun sedikit banyak akan meniru hal itu di teman-teman sebayanya.

Kegiatan Kelompok Bisa Sangat Bermanfaat

Jika rasa percaya diri si anak sudah mulai tumbuh dan terlihat, orang tua bisa semakin memantapkannya dengan mengikutkan si anak ke sebuah kegiatan kelompok. Tawarkan kepada si anak untuk mengikuti kegiatan yang dia sukai. Misalnya sepak bola, bermain musik, atau aktivitas positif lainnya. Aktivitas berkelompok akan menebalkan rasa percaya diri si kecil, bisa menjadi bekal positif saat nanti dia mulai memasuki usia sekolah.

Terakhir, Latih Dia Bercerita

Setelah seluruh aktivitas sehari-hari, rutinkan si kecil agar dia mau me-recount apa yang telah dia lakukan. Tanyakan perasaannya saat melakukan aktivitas ini dan itu. Dorong si kecil mengungkapkan perasaan positif yang dia alami agar si kecil semakin yakin kalau dia berhasil.