Semenjak layanan kecerdasan buatan alias AI semakin mudah diakses, kita semakin banyak menemukan orang yang menggunakan AI untuk membantu aktivitas sehari-hari. Namun dari yang kebanyakan saya lihat dan sesekali saya lakukan, orang-orang masih memosisikan AI seperti mesin pencari. Padahal AI bukan sekedar mesin pencari.
Selama ini pola pikir otak kita sudah terlalu dekat dengan apa-apa bertanya ke Mbah Google, akhirnya penggunaan AI pun cenderung mirip seperti saat kita menggunakan Google. Padahal AI memiliki potensi yang jauh lebih unik dari jawaban mesin pencari Google. Contoh sederhananya, AI bisa kita ajak untuk menganalisa dokumen, bukan hanya mencari dokumen. AI juga bisa kita ajak untuk merumuskan struktur, bukan hanya copy-paste jawaban. Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan kita, AI bisa kita ajak untuk berdiskusi berdialog, bukan sekedar ketik perintah dan mengharapkan hasil seperti di mesin pencari.
AI Mengubah Kebiasaan Manusia
Tak bisa dipungkiri, AI mengubah kebiasaan hidup manusia. Mereka semakin menggantungkan banyak hal pada internet dan AI. Di ranah edukasi mulai muncul kekhawatiran dosen dan guru karena mahasiswa dan murid-murid mereka menggantungkan tugas dan paper dari AI.
Fenomena ini seperti dua mata pisau, di satu sisi sebenarnya AI adalah kemajuan yang banyak manfaatnya, namun di sisi lain juga memberi risiko negatif. Orang-orang semakin banyak yang ketergantungan dengan AI, mereka bahkan mengajukan pertanyaan mentah-mentah, kemudian menjadikan jawaban AI sebagai jawaban yang mereka pakai.
Bagi orang dewasa, sudah menjadi tugas kalian sendiri untuk memosisikan diri sebagai orang yang menggunakan AI secara bijak. Namun untuk para orang tua, sebaiknya tak pernah bosan untuk memberi pemahaman mendalam kepada anak-anak terkait penggunaan AI. Pastikan anak-anak menjadikan AI sebagai asisten dan pembantu, bukan kreator yang bisa disuruh-suruh.
AI Sebagai Asisten Kreatif
Seperti yang sudah saya bahas di atas, alih-alih menjadikan AI sebagai expert yang akan mengerjakan semua tugas kita, mari kita memosisikan AI sebagai tim kreatif. Hal ini bisa dilakukan, asal dalam diri kita sudah tertanam niatan untuk membuat karya secara mandiri, bukan menjiplak hasil buatan AI.
AI sebagai tandem diskusi.
Sebagai konten kreator, saya rutin menggunakan AI untuk tandem diskusi. Hal yang paling sering saya cari adalah sudut pandang menarik dalam membuat ide konten. Saat kita harus membuat konten setiap hari, pasti ada rasa jenuh dan lama kelamaan bisa menjadi burn out. Kita merasa tak ada ide lagi untuk dibuat. Di sinilah saya menggunakan AI untuk memberikan pandangan lain yang bisa dijadikan konten.
Tak jarang saya berdiskusi dengan AI terkait hal-hal yang mengusik rasa penasaran saya. Contoh nyatanya jika saya menonton film tentang perang yang based on true story. Saya biasanya akan menuliskan pertanyaan umum tentang perang itu, kemudian dari situ saya terus menimpali dengan pertanyaan yang relevan dengan jawaban AI. Dari sini tak jarang saya mendapat pandangan dan informasi baru tentang sejarah atau konsep-konsep tertentu.
Membantu Menyusun Kerangka
Saya juga rutin menggunakan AI untuk menysun kerangka karangan, karena saya masih cukup rutin untuk mengunggah artikel di blog. Biasanya saya akan sharing ke AI terkait tujuan dan tema penulisan, kemudian saya meminta diberikan beberapa kerangka karangan. Nanti saya akan memilih kerangka paling unik untuk saya kembangkan menjadi artikel di blog. Contoh nyatanya artikel ini saya susun berdasarkan kerangka yang dibuat chat GPT.
Ajak AI untuk Diskusi hingga Debat
Semenjak kedatangan AI, kita sebenarnya mendapat ranah yang relatif aman untuk berdebat dan berdiskusi. Kita bisa mengungkapkan segala sudut pandang tanpa harus khawatir ada yang marah atau tersinggung. Oleh karena itu kita harus memanfaatkan semua hal itu dengan maksimal.
Revisi dan Penyempurnaan
AI juga bisa kita mintai bantuan untuk memberikan sudut pandang terkait karya kita. Untuk hal ini mungkin kecenderungannya masih terbatas dalam konteks produk text based. Contohnya seorang mahasiswa butuh masukan terkait paper yang dia buat, maka dia bisa meminta AI untuk membaca paper itu dan memberikan masukan. Dari sini kita bisa mendapat masukan-masukan positif untuk memperbaiki paper yang kita buat sendiri.
Secara umum itulah beberapa cara paling sederhana namun tepat guna dalam memakai AI. Intinya semua dikembalikan ke pribadi masing-masing untuk memanfaatkan AI semaksimal mungkin. Kita bisa mengasah otak bersama AI, bisa juga menjadi tumpul karena AI. Tinggal kalian sendiri yang memilih.




