Pagi pertama , di Desanya
@AdylaHaquee
Tweet itu mengawali pagi pertama perjalanan kita di Brebes, rencananya kan pagi itu sarapan di Pantai, pantainya bernama Randu Sanga Indah , nine beautiful Ceiba pentandra. Rencana abis shubuh itu tidak mungkin terjadi, tidak mungkin terealisasi, walaupun shubuh udah tepat waktu dan semuanya sholat di masjid, hla tidurnya aja di masjid masa nggak sholat di masjid. Tapi seperti biasa, abis sholat shubuh semuanya kembali ke kediaman tidurnya masing-masing. Sekitar pukul 8 pagi cewek-cewek sudah membangunkan para awak kapal yang masih tetidur pulas, tapi usaha mereka tanpa hasil dan akhirnya rombongan cewek-cewek berangkat ke pantai terlebih dahulu untuk berburu putri duyung pemakan daging.
Rombongan cowok mulai menyusul sekitar pukul 9 *mungkin sih* dengan motor dan pasangan masing-masing, rombongan cowok mulai menyusuri jalan menuju ke Pantai tersebut diatas, jarak sekitar 6km, lumayan sih, tapi deket juga sih, daripada mau ke pantai harus Solo – Jogja dulu. Untungnya cuman 6 Km yah,, kalo Jogja – Solo trus dengan aroma seperti itu mungkin banyak yang pingsan deh. Sesampainya di pantai rombongan langsung mengitari pantai mencari tanda-tanda cewek-cewek yang berkerumun dan mengitari sebuah sejaji, eh salah, kumpulan cewek-cewek yang sedang bermain seperti orang yang belum pernah main ke Pantai. Akhirnya sambil sedikit nelfon dan melihat sekitar, ditemukanlah rombongan cewek-cewek itu, lagi asik bikin kerajaan hantu pake pasir dan air. Yang cowok langsung pada mengkondisikan diri yaitu mendekati lauk yang disediakan untuk sarapan, sambil sedikit ada yang merekam reportase. Tak lama kemudian ada yang mengambil lauk buat sarapan, *waaaaaaa* sedikit huru-hara terjadi karena beberapa cowok termasuk saya mengambil tempe goreng bakal lauk sarapan. Kalau aku jadi mereka, yang menunggu kedatangan para lelaki tanpa sedikit pun mencicipi lauk, dan tiba-tiba lauknya dijajah begitu saja oleh mereka yang baru saja datang, aku akan berjalan lurus ke laut dan berenang meninggalkan semua kepenatan, menggoreng tempe sendiri di kerajaan laut disana bersama putri duyung pemakan daging. *ini dongeng?*
Kebersamaan kami berlanjut, sarapan pun di mulai, para peserta mengambil kertas nasi mereka sendiri dan muai mengambil nasi dan mulai mengambil lauk dan mulai mencari spot makan yang dirasa enak, yang cewek-cewek sebagian besar masih tetep di pinggir pantai, yang cowok cari tempat yang sedikit teduh, ada beberapa cowok yang menyewa gubuk restoran yang nyaman sekali untuk dijadikan tempat bersantai, mereka langsung saja naik dan makan disitu, alhasil yaaaa mereka diusir deh…. hahahahaha. Sarapan di warnai sedikit dengan kasus kurangnya nasi dan lauk, kalo ndak kurang dan berlebih itu bukan kami.
Sehabis sarapan dilanjut dengan jalan-jalan mengelilingi sudut-sudut pantai yang beriak tanda tak dalam, memandangi sudut sungai yang berair tenang, dan memandangi sudut masa yang akan menjadi tikungan masa depan. 😀
Sehabis jalan-jalan, yang cowok-cowok pada menepi karena dirasa panas bet, jadi pada nongkrong dan bermain pantun dibawah pohon saja. Setelah kehabisan bahan pantun, rombongan cowok memutuskan untuk pulang dan ber-santai ria saja di hotel Islam. Aktivitas utama adalah tidur, makan, tidur, makan. Karena ada beberapa rundown yang belum bisa terlaksana, beberapa teman *cowok tentunya* menghabiskan waktu luang untuk muter-muter Brebes cari SMA, bukan untuk cari sekolah yang bagus, cuman murid-muridnya .. 😀
Malamnya, ba’da maghrib kami serombongan menuju ke Alun-alun Kota Brebes, tempat dimana kami pertama kali datang dan di jemput empunya rumah. Alun-alun menjadi saksi touring kami tahun ini, foto-foto disana, makan malam sekalian disana, pokoknya asik, ditemani dengan angin sedikit kencang dan goyang itik dan Tahu GEJROT juga,,, 😀
Setelah malam semakin larut, yasudah ,, rombongan pulang. 😀
Rombongan cowok langsung menuju ke hotel islam untuk melanjutkan kegiatan yang dari tadi dilakukan seharian, tapi ada sedikit tantangan malam itu, bapak dilla menantang untuk main catur bagi yang bisa, Aku main? tidak ,,, saya sudah cukup tegang dan nervous saat melihat bidak catur, apalagi dengan setting latar dan kondisi seperti malam itu, saya memilih untuk diam dulu dan melihat permainan catur yang ada, Tori Nuariza yang beruntung main satu putaran dengan bapak dilla, dan kalah 😀 =it’s not about winning or losing, it’s about attempting= Setelah lelah dengan catur, romobongan cowok pulang ke hotel islam untuk beristirahat.
Dan bayangkan, tidur di masjid, di dalam masjid, tapi tidak ada yang denger Adzan shubuh. Entah salah siapa, mari sholat sendiri-sendiri. 😀
Bersambung.
tahu gejrot ewww…. :najiss
oh Hotel Islam kui Masjid lagi ngeh :hammers
Kalian Luar BIasa……………….
Lanjuuut?
:sup: