Belum genap satu bulan ini berada di Kota Malang, Jawa Timur. Menjalani rutinitas sebagai seorang pegawai kantoran. Tak pernah terbayangkan aku akan melompat jauh hingga kesini menjauhi rutinitas asik yang kulakukan sehari-hari di kota Solo. Sekarang semuanya lebih profesional, hidupku jadi berubah agak jadi semi-formal, walaupun tetep ke kantor pake kaos.

Bermodal rasa suka sama hal-hal yang berbau film dan kegemaran menulis. Kuajukan lamaran pekerjaan yang membuatku akhirnya harus berangkat menuju kota yang sama sekali belum pernah ku kunjungi sebelumnya. Pagi berangkat naik angkutan kota menuju kantor, turun di terminal, berjalan 5 menit sampai kantor, memulai jobdes harian yang memeras otak, hingga nanti waktu sholat Isya’ tiba akhirnya aku siap-siap pulang, memilih untuk berjalan kaki menikmati jalanan kota Malang, perjalanan pulang memerlukan waktu kurang lebih 25 menit sebelumnya aku terbiasa beli nasi goreng di samping rel kereta api. Setelahnya tinggal mata yang berat dan akhirnya tidur terlelap. Perputaran hidup ini telah aku lalui kurang lebih 24 kali.

Sekarang aku melakukannya sendiri, merasakannya sendiri,  hidup terikat dengan sebuah aturan dari perusahaan tertentu, alias jadi karyawan. Memang sih ini bukannya hal yang memalukan atau sebuah kejahatan. Hanya saja hati kecilku masih beradaptasi dari semua rutinitas ini.

Bicara tentang film, selama ini ternyata pengetahuanku tentang subyek yang satu ini bisa dibilang sangat dangkal, selain itu aktifitas menulis ku juga dibilang sangat tidak produktif. Pekerjaanku menuntut dua hal itu dikembangkan secara ekstrim. Hari-hari pertama aku harus menyadur berita-berita film yang subyeknya sama sekali aku tak paham intinya. Dengan kuantitas hasil tulisan di luar nalar ku. Mengeluh? Berkali-kali, hampir dua minggu pertama bekerja merupakan hari-hari yang berat, menekan, membuat diriku lama kelamaan paranoid dengan film. Tetapi hidup kan seperti roda yang berputar, perkembangan terjadi, semakin kesini semakin bisa mengatur irama menulis, dan subyek berita yang enak buat dieksekusi.

Aku memang baru akan satu bulan jadi perantauan, ribuan perantau lainnya mungkin punya cerita yang lebih menyentuh, lebih mengharukan, dan bahkan lebih layak untuk dibagi. Ini hanya bentuk rasa syukur dan sebuah pengakuan, bahwa aku memang bukan apa-apa di dunia yang besar ini, sungguh tak ada secuil kukupun kebanggaan yang bisa disombongkan. Aku diperlihatkan kepada dunia, bahwa yang lebih baik dari aku masihlah banyak sekali. Jadi janganlah bosan untuk belajar, mengeluh boleh saja, tapi jangan terlalu sering, efeknya kurang baik, berdoa mungkin lebih baik.

Kamar kosan, 1/02/2015