Awal tahun 2015, pertama kali mengetahui kabar bahwa Del Toro memproduksi Crimson Peak, yang ada di benak saya adalah film ini akan menjadi horor menyeramkan yang mengangkat nuansa gotik. Kabar awal tersebut memang tidak meleset, filmnya memang menyeramkan, dan mengangkat tema gotik yang kental, tetapi unsur menyeramkan dalam Crimson Peak benar-benar tak seperti film horor kebanyakan. Del Toro membuat kisah romantis yang memakai horor sebagai pelengkap dan penyambung cerita.
Film ini mengisahkan tentang Edith Cushing (Mia Wasikowska) putri tunggal dari pengusaha kaya di sebuah kota kecil di Amerika Serikat. Dikarenakan sebuah cerita masa lalu, Edith merasa sering diganggu sosok hantu menyeramkan dari mendiang ibunya, hal ini membuat Edith mempunyai sensitivitas tersendiri mengenai makhluk halus, apa yang dia lihat sering tak diketahui orang lain.
Edith mempunyai passion besar di ranah tulis menulis, dia pun akhirnya mencoba menulis sebuah novel, hanya dikarenakan ceritanya berisi unsur hantu, penerbit menolaknya, karena di awal abad ke-20 perempuan normalnya menuliskan cerita roman.
Di sisi lain, ada pendatang dari Inggris, dia adalah Thomas Sharpe (Tom Hiddleston) dan kakaknya Lucile Sharpe (Jessica Chastain), berkedok menawarkan kerja sama bisnis kepada ayah Edith, Thomas masuk ke dunia Edith dan dengan mudah mengambil hati wanita lugu tersebut. Di pertengahan film, niat jahat Thomas dan Lucille sebenarnya sudah sedikit bisa tertebak. Ayah Edith dan pernikahan Thomas dan Edith sudah menggambarkan sebuah pernikahan karena harta.
Sejujurnya saya sedikit kecewa sih dengan cerita ini, seorang lelaki yang menghancurkan keluarga perempuan yang ‘dicintainya’ demi harta warisan. Cerita ini berasa konflik sinetron lokal yang klise. Tetapi Del Toro punya keunggulan melalui bumbu horor di dalamnya. Menekankan pernyataan di awal review ini kalau Crimson Peak bukanlah seperti film horor kebanyakan, inilah kelebihan film ini, unsur hantu gentayangan di dalamnya bukan unsur utama, tetapi sebuah penyambung cerita yang akan terungkap di poin tertentu dalam filmnya, yang mengungkap siapa setan sebenarnya.
Guillermo del Toro menyatakan bahwa Crimson Peak bukanlah film horor, tetapi lebih ke Gothic Romance, sebuah cerita cinta yang memakai unsur horor sebagai pelengkap. Hal ini pun sepertinya ingin ditekankan Del Toro dalam dialog filmnya saat tulisan Edith yang dianggap tulisan horor ditolak oleh penerbit. Dalam adegan itu Edith mengungkap bahwa tulisannya bukan tulisan horor melainkan tulisan yang menggunakan horor sebagai perumpamaan metafor dalam ceritanya.
Satu lagi kelebihan film ini adalah visual, yup Del Toro is a master of epic visual. Saya literally sudah nggumun – kagum saat membaca berita kalo Del Toro benar-benar membangun set rumah khusus sebagai rumah tua kuno yang ditinggali Edith, Thomas dan Lucille. Bahkan propreti baju-baju abad pertengahan yang dipakai para aktor dan aktris dikabarkan dibuat dengan filosofi tertentu untuk menambah kesan gotik ceritanya.
Tampilan hantu di film ini juga maksimal petjah. Del Toro benar-benar membuat semacam boneka hantu layaknya mayat yang sudah separum membusuk, seluruh warnanya merah darah, kemudian properti hantu tersebut akan dipoles dengan efek visual sehingga dalam filmnya nampak menakutkan.
Crimson Peak merupakan film hollywood arahan sutradara Guillermo del Toro (sutradara film-film Pan’s Labyrinth, Hellboy, Pacific Rim) yang dirilis bulan Oktober 2015. Crimson Peak dibintangi oleh Mia Wasikowska, Tom Hiddleston, Jessica Chastain, dan Charlie Hunnam. Dalam satu kalimat aku sebut film ini, Love, lust and money with a bit of extremelly epic horor figure ‘Cinta nafsu dan uang yang diramaikan dengan sentuhan horor’. Secara umum aku beri film ini nilai 6 out of 10.