Akhirnya berkesempatan lagi untuk menulis resensi novel. Kali ini giliran novel karya Mas Alif Fikri, eh Ahmad Fuadi yaitu buku ketiga dari trilogi Negeri 5 Menara, yaitu Rantau 1 Muara. Novel ini merupakan ambisi pribadi saja yang harus selesai dibaca karena dua novel sebelumnya cukup membuat saja terkagum-kagum. Oiya, sebuah fun fact yang ga penting-penting amat, buku ketiga ini satu-satunya buku yang saya beli sendiri karena dua buku sebelumnya baca pakai modal pinjam teman. Hehe, maklum dulu masih zaman kuliah, setelah kerja baru terbit buku ketiga dan ga langsung saya baca. Akhirnya kelar baca setelah punya anak satu.

Buat teman-teman yang belum baca sama sekali kisah Trilogi Negeri 5 Menara, saya coba kasih pengantar ceritanya ya. Jadi kisahnya ini berfokus pada sosok pria bernama Alif Fikri yang berusaha menggapai mimpi-mimpinya di tengah gempuran nasib sebagai anak dari keluarga menengah ke bawah. Buku pertama berfokus pada masa-masa si Alif nyantri di Pondok Madani dan mendapatkan berbagai ilmu tentang optimisme dan bekerja keras.

Untuk buku kedua, Ranah Tiga Warna ini berfokus di masa-masa kuliah si Alif dan pengalamannya dapat beasiswa ke Kanada. Di buku kedua ini juga diceritakan bagaimana perjuangan Alif menulis artikel di berbagai media massa untuk menyambung hidup sebagai mahasiswa. Dulu pas baca pertama kali saya jadi berasa pengen seperti Alif, pas kuliah tulisannya bisa terbit di koran-koran. Ternyata hal itu sulit dilakukan, jadi saya nulis di blog saja.

Nah, di buku ketiga, Rantau 1 Muara ini adalah next phase nya setelah dunia perkuliahan, jadi dunia kerja dan membina keluarga. Di sini seluruh pengalaman mengagumkan si Alif berjuang meniti karier sembari membantu keluarganya di tanah Minang hingga dia menemukan jodohnya dan sama-sama merantau hingga ke AS. Novel ketiga ini punya pesan mendalam buat kalian yang merantau, sejauh apapun kalian merantau, pulang akan selalu menjadi pilihan paling tepat.

Cerita Mengalir Dengan Sempurna

Novel Rantau 1 Muara ini ditulis dengan gaya penceritaan yang maju lempeng dan bahasa yang lugas. Jadi saya bacanya bisa lebih nyaman dan imajinasi di kepala itu bisa tergambar dengan jelas.  Kita tidak akan dibuat capek dengan kata atau kalimat bertele-tele dalam menjelaskan adegan atau dialog.  Pokoknya cocok bagi kalian yang mungkin belum banyak baca novel, jadi coba dulu novel ini pasti nyaman bacanya.

Novel ini bisa dibilang cukup komplet dari segi tema cerita yang cocok untuk rentang usia pembaca yang cukup luas. Beberapa contohnya adalah konflik dan permasalahan terkait keluarga yang pasti dirasakan hampir semua orang. Setelah itu ada konflik fresh graduate yang binggung mencari pekerjaan yang pasti dirasakan para fresh graduate. Ada juga sedikit konflik sosial yang terasa di selaraskan dengan apa yang terjadi di Indonesia dalam setting waktu yang sama. Hal ini membuat pembaca (setidaknya saya pribadi) merasa kalau ceritanya sangat real.

Ada juga bumbu-bumbu romantisme yang membuat novel ini juga masuk untuk para generasi tanggung yang sudah waktunya menikah namun belum punya calon atau masih dalam masa penjajakan. Kisah cinta yang ringan membuat pembaca gemes dengan dua tokoh utama novel ini.

Novel Rantau 1 Muara

Novel Ini Cocok Buat Kamu yang Punya Ambisi Jadi Wartawan

Sejak novel pertama, tokoh utama Si Alif punya ketertarikan lebih besar pada dunia jurnalistik. Hal itu juga bikin saya saat pertama baca Negeri 5 Menara jadi suka dengan karakter itu dan jadi penyemangat saya kalau saya juga bisa kayak si Alif. Meski ga sampai dapat beasiswa ke luar negeri, saya juga pernah jadi wartawan.  Hehe….

Di Rantau 1 Muara, aktivitas si Alif menjadi wartawan pasti akan menjadi hiburan dan ilmu tersendiri bagi pembaca yang punya ambisi jadi wartawan. Pembaca bisa belajar dari apa yang dilakukan Alif dan teman-temannya di Derap saat mereka menyusun artikel. Pembaca juga bisa membayangkan bagaimana tekanan yang didapat saat menjadi seorang wartawan.

Saya bisa dibilang terlambat baca novel ketiga ini, meski belinya dulu pas masih jadi wartawan, tapi bacanya beberapa tahun setelah saya resign. Jadi baca cerita Alif jadi wartawan cuman senyum-senyum saja membenarkan.

Kalau Kamu Takut Merantau, Baca Novel Ini

Dari judulnya saja kita bisa menebak kalau Rantau 1 Muara akan berisi tentang seseorang yang merantau. Bisa dibilang sejak buku pertama merantau adalah salah satu bumbu utama trilogi Negeri 5 Menara. Jadi kalau teman-teman sedang di persimpangan jalan yang mewajibkan kalian merantau, coba baca novel ini. Tentunya bukan sebagai pertimbangan utama, namun saat rasa ragu tak lekas hilang, sebuah cerita kadang bisa membuka mata kita.

Novel ini menggambarkan kalau merantau itu tidak mudah, tapi bagi orang-orang yang mau maju dan berkembang, merantau adalah salah satu cara untuk mewujudkan kemajuan itu. Novel ini juga memberi cara kita bersikap kalau sudah sukses saat merantau.

Bagian Terbaik Novel Rantau 1 Muara

Membaca novel Rantau 1 Muara ini pasti membuat kalian lupa waktu dan tidak terasa sudah di akhir cerita. Bagi saya pribadi bagian terfavorit adalah saat terjadi serangan teror di gedung kembar WTC. Kita dibawa naik roller coaster saat Alif harus berjuang mencari teman-temannya yang terkena dampak serangan teror itu.  Jika di dunia nyata dulu saya cuman melihat peristiwa itu dari berita televisi. Kala itu hal tersebut sudah sangat mencengangkan bagi saya, nah saat baca cerita yang mengambil latar peristiwa teror itu jadi rasanya hal itu seperti sebuah kisah nyata. Saya bacanya jadi seperti menjadi Alif yang berkeliling Manhattan yang kala itu di Lockdown untuk keperluan evakuasi dan pengamanan. Sensasi membaca petualangan Alif dan Dinara di tengah-tengah ground zero serangan WTC menurut saya menjadi bagian terbaik dari novel Rantau 1 Muara.

Kesimpulan Resensi Novel Rantau 1 Muara

Resensi ini isinya hanya memuji-muji isi novelnya, ya memang karena saya sudah suka dengan ceritanya. Bahkan sejak novel pertama saya sudah mendapatkan sensasi tersendiri setelah membaca novelnya jadi ya isinya mayoritas positif.

Intinya untuk kamu yang belum membaca novel ini, afdol nya sih membaca dari novel pertama Negeri 5 Menara. Dengan hal itu kalian akan terkoneksi cukup dalam dengan Alif Fikri di akhir buku ketiga kalian akan benar-benar mendapatkan klimaksnya. Kalau kalian merasa malas jika diminta membaca dari awal, setidaknya baca rangkuman dua buku pertamanya baru baca buku ketiga.

Rekomendasi saya jika teman-teman sekarang masih dalam usia-usia SMA, coba baca mulai Negeri 5 Menara. Nanti pas kuliah baru lanjut ke Ranah 3 Warna, dan akhirnya pas susah cari kerjaan, disambi baca Rantau 1 Muara.