Bagi pribadi seperti saya yang memiliki tubuh tambun, olahraga rutin memang sudah seharusnya dilakukan. Namun karena sudah jarang berolahraga, sekalinya jogging jatuhnya langsung kecapaian jadi besoknya tidak sanggup olahraga, jatuhnya tidak rutin. Beberapa waktu kemarin saya coba beralih ke olahraga jalan cepat, jadi tidak lari dan tidak juga jalan santai. Keringetan dapat, rutin ya lebih baik dari pada sepekan sekali. Nah, apa benar ya, jalan cepat lebih baik dari olahraga lari? Pilih lari atau jalan cepat? Yuk kita bahas bersama.

Bagi pribadi seperti saya yang memiliki tubuh tambun, olahraga rutin memang sudah seharusnya dilakukan. Namun karena sudah jarang berolahraga, sekalinya jogging jatuhnya langsung kecapaian jadi besoknya tidak sanggup olahraga, jatuhnya tidak rutin. Beberapa waktu kemarin saya coba beralih ke olahraga jalan cepat, jadi tidak lari dan tidak juga jalan santai. Keringetan dapat, rutin ya lebih baik dari pada sepekan sekali. Nah, apa benar ya, jalan cepat lebih baik dari olahraga lari? Pilih lari atau jalan cepat? Yuk kita bahas bersama.

Rangkuman
  • Mau lari apa jalan cepat intinya semua bagus
  • Intinya sesuaikan sama kondisi dan kemampuan tubuh
  • Gunakan sepatu yang sesuai penggunaannya.
  • Jangan sampai tidak pernah berolahraga.

Dari laman Hellosehat, di sana di jelaskan bahwasanya lari dan jalan kaki sama-sama olahraga kardio yang baik. Apabila dilakukan dengan benar, keduanya sama-sama mampu menjaga atau menurunan berat badan. Selain itu juga mampu memperbaiki kualitas tidur, memperbaiki mood, meningkatkan produksi energy, hingga menurunkan tekanan darah.

Kalau dilihat dari segi intensitas gerakan, tentunya lari memiliki intensitas lebih banyak. Saat berlari, semua bagian tubuh bergerak dengan intensitas sedang hingga tinggi. Kerja jantung, paru-paru, dan otot juga lebih keras. Hasilnya pun kalori yang terbakar lebih banyak dari jalan cepat.

Namun berlari memiliki risiko cedera lebih tinggi dari jalan cepat. Laman Healtline menyebut pejalan cepat memiliki 1%-5% kemungkinan cedera, sedangkan pelari memiliki peluang cedera mulai 20% – 70%. 

Bagi yang jarang berlari, pastinya momen-momen awal terkesan sangat capai. Apalagi ditambah berat badan yang berlebih. Jangan terlalu memaksakan di awal, karena bisa jadi beban yang diterima sendi-sendi di kaki menjadi berlebihan, sehingga rentan cedera. Niat awal olahraga agar lebih bugar malah jadi cedera.

Untuk mengatasi hal itu, saya lebih memilih jalan cepat. Diusahakan tiap sore, minimal 30 menit. Untuk mendapatkan hasil maksimal, harus disiplin jalan cepat. Meski jalan santai juga bermanfaat, namun tidak maksimal. Kenapa saya memilih jalan cepat? Karena efeknya tidak terlalu capai, sehingga bisa memaksakan diri untuk lebih rutin. Mungkin nanti kalau berar badan sudah lebih ideal baru deh dimulai lari sebagai pemula. Intinya progress setiap hari.

Laman Hellosehat juga menjelaskan beberapa alasan yang bisa memosisikan jalan cepat lebih baik dari lari. Namun parameter tersebut bukan hal pasti yang bisa digunakan untuk mendiskreditkan teman-teman yang rutin berlari.

Laman Hellosehat menjelaskan sebuah penelitian pada pelari jarak jauh. Hasilnya mereka lebih rentan terkena infeksi. Alasanya setelah cadangan lemak yang dibakar habis, maka pembakaran beralih ke jaringan otot. Hal itu akan membebani sistem kekebalan tubuh. Efeknya pelari jarak jauh yang kurang asupan lemak akan rentan infeksi. Lari juga memperbesar peluang cedera radang sendi dan cedera tulang rawan. Lari cenderung lebih cocok untuk mereka yang bertubuh ringan dan memiliki susunan tulang yang baik.

Nah, sekali lagi saya jelaskan, kalau saya pribadi lebih memilih jalan cepat. Rutinkan dulu sampai menjadi kebiasaan. Sembari pelan-pelan berprogress ke lari yang tentunya tidak memaksakan kemampuan tubuh. Olahraga harus tetap diimbangi dengan makanan yang baik ya. Semangat sehat!