Jika tahun ini mudik ke embah yang Klaten, tahun depan biasanya pindah ke Blora.
Dulu sewaktu masih SD, lebaran itu berarti ke tempat embah, embahnya Dua yang satu di Klaten, yang satu agak jauh di Blora.
Abis sholat ied pada berangkat ke Klaten lewat daerah Baki-Daleman, disana pada maen sama sodara-sodara yang seumuran, trus yang paling khas itu bobo bareng-bareng semuannya, bobo di ruang tengah rumah embah yang mungkin bisa disebut pendhopo rumahnya embah, beberapa keluarga bisa beristirahat disitu semua, jadi suasana rame dan seru.Dulu pas masih kecil rumah embah terlihat tinggi dan besar, pendoponya nyukup buat berapa orang pun, sekarang jadi berasa kecil tiga langkah pun abis. Kalo maem di meja bundar yang sekarang ada di rumah, dulu mejanya terlihat besar, sekarang jadi kecil. Embah putri dulu terkenal tegas, dan aku tidak sempat mengenal Embah Kakung yang di klaten. Kalo pagi jalan-jalan suka sama suasananya yang rindah dan asri, banyak pohonnya, mesjidnya masih ada bedugnya ….
Kalau ke Blora, biasanya juga sama, abis sholat Ied sekeluarga berangkat, pake satu tas gedhe yang biasanya dibawa bapak. Menuju ke terminal Tirntonadi satu motor buat ber-4, langsung naik bis jurusan purwodadi, turun di wirosari, kewajiban di Wirosari itu harus beli bakso, mam bakso disana itu wajib, setelah itu baru naik angkuta ke desa prigi, mungkin itu masih daerah Blora. Di Blora lebih menyenangkan, lebih pelosok, masih banyak ‘Sendang‘ tempat pemandian umum, masih banyak tempat ambil air umum, jalan masih belum diaspal, rumah embah yang di Blora ini benar-benar besar, muterin 2 kali dijamin capek deh. Ada pohon jambunya, dulu sering manjat.
Berselang beberapa tahun kemudian hingga sebelum sekarang semuannya berubah, Embah yang di Blora pas SMP udah pergi semua, embah yang di Klaten pas SMA menyusul. Nda ada penyesalan sih, ini hidup berputar pada wkatunya dan sudah ada penentunya.
Sekarang kedua rumah embah sudah tidak ada, tinggal tanahnya, rumahnya dicabut, sekedar mau menginap pun tidak bisa, karena memang tidak berpenghuni dan terancam ambruk ya dicabut saja.
Sekarang ini kalau lebaran kumpul sama sodara-saodara dari bapak di rumah pakdhe atau budhe yang paling tua yang masih ada.
Yang masih terjangkau hanya yang di Klaten, jadi masih sering lewat, masi ada sodara yang bisa dikunjungi sama bapak.
Ya ini lebaranku, disyukuri dengan semua yang ada, kamu juga harus besyukur, sekarang sudah ada kamu dilebaranku, udah ada aku dilebaranmu , walaupun belum benar-benar bersama. *haiyah*
^_^ bagus…. suka paragraf terakhir 🙂 hehehe
taun depan mudik ke brebes
paragraf yang terakhir singkat tapi bermakna
jadi pengen mudik juga nehhh hehe