Sebelumnya, fair warning, tulisan ini bukan tulisan berat atau tulisan yang berbau politis. Ini hanya random thought– ku mengenai kesuksesan film komedi Comic 8: Casino Kings Part 1. Film pertama Comic 8 yang laris manis dan menjadi film terlaris tahun 2014 lalu dengan prestasi penjualan tiket melebihi 1.6 juta tiket. Tahun ini meskipun tak menjadi yang terlaris, karena sudah kalah dengan film drama romantis religi Surga Yang Tak Dirindukan. Comic 8: Casino Kings – Part 1 bisa mencetak penjualan tiket sebanyak 1.211.820. Capaian ini bisa dibilang mengangumkan karena tak semua film komedi layar lebar bisa mendapatkan hasil yang mendekati prestasi film Comic 8. Fakta bahwa dua film Comic 8 sejauh ini mejadi sangat laris adalah bukti jika Indonesia butuh ‘bercanda’ melalui perfilman indonesia.

Bercanda yang aku maskud disini adalah bercanda yang berkelas. Bukan bercanda yang hanya mengedepankan banyolan-banyolan ga jelas yang seringnya menyerempet ke tindak pidana bullying. Teman-teman pasti sering nonton acara komedi televisi yang komedinya hanya berisi aktivitas nge-bully satu aktor ke aktor lainya. Hal ini pun tak jarang diikuti film-film komedi murahan yang menampilkan skenario komedi yang jauh dari apa yang bisa disebut dengan komedi.

Comic 8 muncul menggunakan talenta-talenta Stan Up Comedian yang terbiasa mengolah materi-materi unik di kehidupan ini menjadi sebuah bahasan komedi yang tak hanya lucu tetapi juga ‘mencerahkan’ bahkan kritis. Hal ini menurutku menjadi salah satu unsur pertama yang menjadikan film ini sukses dan diminati banyak orang. Dengan kebiasaan men-deliver joke-joke yang tak murahan para stand-up comedian yang jadi aktor ini tak akan serta merta menerima film yang cerita atau joke-nya murahan.

Sekarang ini sebagai penikmat film, baik Indonesia maupun luar, aku sudah bisa bersyukur karena film horor, komedi esek-esek sudah tak lagi laku. Film horor terbaru yang tayang tahun 2015 ini sudah lebih terlihat benar-benar film horor tanpa mengedepankan unsur sensual para aktrisnya. Hal ini bisa terjadi karena apa? Salah satu alasan utamanya adalah karena penonton tak lagi suka dengan hal-hal seperti itu, sehingga film-film horor sensual sudah mulai sepi dan para produser pemburu uang sudah tak lagi ambisius untuk memproduksi film horor sensual sebanyak-banyaknya.

Kesuksesan Comic 8 menjadi gerbang baru buat trend film komedi. Hal ini menjadi sebuah gelombang baru untuk perfilman Indonesia, sekaligus sebuah ujian baru untuk para penonton dan produsen film. Mampukah para penonton benar-benar memilih tontonan komedi yang berkualitas untuk sama-sama dijadikan film laris?  Di sisi lain mampukan para produser memproduksi film-film komedi baru yang berkualitas? Komedi yang tak hanya bersenda gurau, tetapi komedi yang bermakna.

Memang terkesan utopis sih kalau langsung mengharapkan tatanan perfilman menjadi sempurna dan semua film akan memiliki makna dan nilai moral yang sempurna. Tetapi setidaknya harapan untuk menjadi lebih baik harus tetap ditanam. Jika belum bisa memproduksi setidaknya berbagilah saran dan ktirik yang membangun. Tidak menyalahkan dan tidak menjelekkan.