[nextpage title=”Intro” ]

Intro

Meskipun sudah terngiang lama mau nulis tema ini, tapi tak bisa dipungkiri semangat ku buat ngarang tulisan ini muncul lagi gegara artikel epic-nya Mojok.coPanduan Agar Tidak Tolol di Internet-. Artikel yang dimuat Mojok tersebut secara edukatif dan efektif mengungkap keresahan publik yang sekian lama seolah-olah hanya dianggap angin lalu bagi para khalayak di sosial media.

Seiring derasnya arus informasi di jaman yang serba digital ini muncul banyak model media-media online baru dengan desain template dan header ciamik turut menyebarkan isu-isu panas yang sedang terjadi di dunia ini, khususnya di Indonesia. Selain itu, media-media (secara umum) sekarang ini sepertinya sudah mulai menggeser tujuan utama jurnalistik mereka dari yang seharusnya memberitakan menjadi mengguncang. Hal ini terlihat dari pemilihan bahasa, diksi hingga rima berita yang lebih bertujuan untuk menciptakan fenomena daripada memberitakan suatu berita.

Semua hal tersebut di atas sekarang sepertinya didukung dengan ‘kepekaan ’ unik dari para pengguna internet yang sering saja latah menyebarkan isu berita yang belum tentu benar adanya. Para generasi kekinian tersebut sepertinya harus membagi isu-isu rawan tersebut ke semua temannya sebelum membuktikan hal itu benar adanya. Pokoknya sekarang ini jika udah share artikel tertentu, ditambahin dengan respon subyektif, meskipun itu hasil dari baca judulnya saja, orang-orang ini sudah merasa manusia paling elok sedunia.

Nah, dari isu-isu dan kejadian tersebut, aku mau mencoba ngasih sedikit masukan ala Rizalfikry yang patut ditiru biar nantinya linimasa sosial media kita (Indonesia) berisi dengan feed-feed yang benar-benar bermutu.

Dan semoga jika kita semua yang basic-nya adalah user ini sudah terdidik, maka media-media jahanam yang harusnya mendidik itu mungkin juga akan mulai terdidik, dan menghasilkan karya yang jauh lebih baik.

Baca dari nomor 1 ya 😀

[/nextpage]

[nextpage title=”1- Be The Skeptical One” ]

1. Be The Skeptical One

Buat yang satu ini sikap skeptis atau bisa juga sikap paranoid bisa menjadi senjata andalan. Mengapa disini aku bilang skeptis sama berita-berita online jadinya bagus? Karena dari perasaan skeptis itu akan mengurangi tempo ‘berbagi’ yang sering dilakukan otomatis tanpa membaca beritanya. Sikap skeptis yang harus dikembangkan adalah ‘bagaimana ya kalau berita ini ga bener? Kan ga keren kalau udah nge-share.’ Iya, waspada dan curiga mengenai kebenaran sebuah berita yang kita baca adalah langkah awal untuk memperbaiki kondisi ini. Sekarang ini banyak berita yang sengaja mengunggah artikel tertentu yang belum pasti kebenarannya hanya demi mengejar page views.

 

Setelah bersikap waspada mengenai benar tidaknya sebuah berita. Sikap lain yang juga perlu dikembangkan setelah membaca berita adalah, ‘apakah ada manfaatnya jika berita ini aku share?’ Dengan merasa jika nanti berita yang aku share ini tidak menimbulkan manfaat malah menimbulkan keburukan akan membuat kita merasa sedikit waspada dan bijaksana sebelum nge-share berita. Banyak kan kejadian kayak gitu sekarang ini. Contohnya sebuah website yang berniat untuk mengingatkan para wanita berjilbab jangan sampai termasuk gologngan jilboob. Lah, beritanya isinya gambar-gambar jilboob, trus yang disenso cuman mata sama mulutnya. Kan malah menyebar gambar syur kan? Nambah tautan database online buat gambar jilboob. Makanya mikir sebelum nge-share.

[/nextpage]

[nextpage title=”2 – Be The Objective One” ]

2. Be The Objective One

Pada umumnya bukan media saja yang harus obyektif. Para pembaca juga harus obyektif. Jangan sampai ada pemberitaan tentang kasus A yang mengambil angle 1 lebih dipilih daripada pemberitaan kasus A dengan angle 2. Padahal intinya beritanya sama cuman media ini bikin judul modern yang satunya bikin judul konvensional.

Toh dengan perbedaan pemilihan judul itu bisa dilihat media mana yang lebih benar-benar mengangkat kaidah-kaidah jurnalisme yang sekarang semakin terpinggirkan.

[/nextpage]

[nextpage title=”3 – Be The Exclusive One” ]

3. Be The Exclusive One

Manusia itu belajar, dari belajar itu memberikan manusia-manusia pengetahuan. Dari pengetahuan ini manusia normal harusnya punya ‘tatse’ untuk suatu hal disekitranya (anggap aja standar minimal idup lo lah,). Dalam hal ini ‘taste’ yang aku bahas berhubungan dengan pandangan kalian-kalian mengenai deretan-deretan media yang sering kalian baca sembari online. Seiring berjalannya waktu pastinya kalian punya deretan-deretan nama media yang bisa dipercaya dan deretan lain yang harus dilupakan. Nah, jadilah yang ekslusif, jadi individu dengan standar bacaan yang ekslusif, jangan mau dianggap rendah sama penulis-penulis berita online yang memanfaatkan rasa nggumun kebanyakan orang buat nyari page views.

[/nextpage]

[nextpage title=”4 – Be The One” ]

4. Be The One

Untuk yang satu ini aku anggap langkah terakhir yang paling mulia. Jadilah orang yang membuat berita, atau setidaknya membuat tulisan, yang tentunya bermanfaat untuk khalayak. Jangan mau terus-terusan jadi barisan user yang disuapi konten-konten dari perusahaan kapitalis yang ngakunya content provider, padahal sejatinya – content abuser.

Tak perlu harus langsung membuat tulisan layaknya berita media yang udah beroperasi sejak 21 tahun lalu. Mulai aja dari konten-konten yang berhubungan dengan keseharian, yang jika dibaca orang lain akan menjadikannya manfaat. Sekarang tidak harus bikin blog kalau mau nulis, status FB atau note FB rasanya sudah cukup memfasilitasi.

Nah, kan jadinya keren jika sebelumnya tiap hari online baca-baca berita sama postingan motivasi, sekarang aktivitasnya nambah jadi bikin berita atau artikel yang bisa jadi sangat menginformasi atau memotivasi orang lain.

[/nextpage]