Sebelumnya no hard feelings, no offense, ini adalah sebuah bentuk opiniku mengenai pandangan beberapa oknum yang menganggap film 5CM memiliki andil mengenai maraknya kegiatan naik gunung yang dilakukan mereka yang belum berpengalaman, sehingga memiliki andil juga dengan meningkatnya sampah di atas gunung dan meningkatnya korban pendaki yang beberapa waktu terakhir ini sepertinya meningkat.
First of all, film 5CM sendiri merupakan adaptasi dari novel laris karya Donny Dhirgantoro yang terbit tahun 2005 lalu, filmnya sendiri baru dirilis tahun 2012 lalu. Satu pertanyaan muncul di benak saya, ‘mengapa tidak ada yang nyalahin novelnya?’ toh secara cerita kurang lebih sama, ada cerita naik gunungnya, dengan latar belakang karakter yang hampir sama. Jawaban untuk pertanyaanku ini sih sebenarnya gampang, karena buku belum memberi gambaran yang benar-benar nyata mengenai ceritanya, plus ditambah mereka yang baca bukunya bakalan lebih termotivasi mengenai unsur pertemanan dan kekeluargaan yang diceritakan di novelnya. Unsur cerita gunungnya hanya sebagai pelengkap.
Kembali ke opini yang pernah aku baca di feed facebook beberapa hari yang lalu yang menganggap film 5CM bertanggung jawab atas hal telah aku tulis di paragraf pertama tadi. Hal itu menurut aku sungguh sepihak, subyektif, tak berperasaan, rendah, dangkal, dan lebay. Kenapa seperti itu?
Pertama, itu hanya sebuah film. Oke, aku juga paham, bahwa banyak film-film yang memang secara kuat mempengarhui penontonnya. Tapi dalam kasus ini film 5CM tidak sedang mempresuasi penontonnya untuk naik gunung, itu cerita persahabatan yang dibumbui cinta. Dengan plot dan set cerita yang melibatkan gunung. Dan jika sekarang ada orang yang termotivasi untuk naik gunung gegara dia nonton film 5CM, itu cuman masalah persepsi tiap individu saat menonton filmnya saja, dan untuk naik gunungnya itu hak individu tersebut.
Terus juga ada kritikan mengenai akting dalam filmnya tidak menggambarkan apa yang seharusnya dilakukan seorang pendaki, terutama yang didaki adalah gunung Semeru, yang notabene gunung tertinggi di pulau Jawa. Oke, partly aku setuju sama kritik ini, tetapi di sisi lain sutradara sekaliber Rizal Mantovani ga mungkin melupakan hal itu. Sisi ke-realistis-an property dan akting pasti sudah sangat dipikirkan tanpa melepaskan seni teatrikal yang tetap harus ada dalam film. Kalau artis-artis itu disuruh bawa barang bawaan seperti pendaki beneran, yang ada malah filmnya gajadi. Hehe. Jadi menurutku kalau ada yang protes gambaran pendaki disitu ga realistis. Bisa dijawab dengan mudah, ‘Itu film fiktif Men,,, film yang diangkat dari kisah nyata pun masih bisa ga relevan kok, apalagi fiktif.’
Sikap menyalahkan film 5CM ini semakin deras pas meningkatnya angka pendaki yang naik gunung kemudian menyebabkan banyaknya sampah yang ada di gunung. Aku sempet baca beberapa status hingga note yang menyambung-nyambung kan hal ini. Mungkin kalian benar mereka naik gunung cuman gegara hype-nya film 5CM tapi masalah buang sampah itu bukan masalah mereka nonton filmnya atau endak. Itu kembali ke mental masing-masing individu. Kalian ga bisa sepicik itu cuman langsung nyalahin filmnya. Itu bukan hukum sebab akibat, itu namanya ngaco.
Selain sampah yang dikabarkan merajalela, ada juga yang komentar gara-gara film 5CM banyak pendaki musiman yang naik gunung. Come on Man….. kalian masa bisa jadi sepicik itu? Apa ga boleh mereka-mereka yang belum pernah mendaki gunung trus pengen dan naik gunung? Apa ya mereka harus langsung expert pas naik gunung pertama kali? Apa ada pendaki professional yang dari bayi langsung professional? Nah, kalau dari mereka yang masih awam ini kejadian melakukan kesalahan atau semacam pelanggaran. Ini tugasnya bagi yang sudah paham yang sudah professional dan mengetahui kesalahan atau pelanggaram tersebut untuk mengingatkan dan memberi tahu cara yang benar. Inget ga, salah satu quote dari film Spider-Man (Sam Raimi, 2002) – with great power comes great responsibility, kalian yang tahu lebih beri-lah lebih banyak. Satu hal yang dibagikan dan tak akan pernah habis itu pengetahuan. Inget itu ya gaes, reminder buat aku juga nih.
Jadi, intinya aku bukan mau nyalahin kalian yang nyalahin film 5CM mengenai kejadian-kejadian yang aku sebutin di atas. Aku juga bukan serta merta mau ngebelain filmnya. Aku cuman mau ngingetin, sama-sama belajar sama kalian, biar jadi orang itu yang mikirnya luas, menyeluruh, jangan parsial, harus kaffah. Indonesia butuh generasi muda yang pikirannya luas, pandangannya luas, ga mudah terombang-ambing. Biar nanti kedepannya kita bisa maju bersama. Suci kan cita-cita ku?
Kalian yang menjadikan film, atau artis-artis jaman sekarang jadi role model hidup kalian, kesehatan kalian perlu diperiksakan.
Sekian.
Kata Kunci yang Kecantol:
- https://rizalfikry com/buat-kalian-yang-nyalahin-film-5cm/
intinya ya tetep aja salah filmnya, knp yg ditampilkan yg indah2 aja dr gunung, bukan tanggung jawabnya menjaga kelestarian gunung, walhasil anak2 gaul super itu pada demam naik gunung semua, which is, semakin banyak anak gaul super naik gunung, semakin banyak pula sampah2 bertebaran di semeru. trus apa yg profesional2 ngga memperingatkan mereka? Sudah, bahkan para petugas jaga pos sudah memperingatkan disertain sanksi2nya. Tp krn saking banyaknya anak gaul super yg demam mendaki gunung, dikit2 naik gunung, taun baru naek gunung, ultah naek gunung sambil bawa2 kertas, habis itu dibuang gt aja digunung, Para petugas pos jaga yg kata lu punya great responsibility jelas jumlahnya kalah banyak & kewalahan mengingatkan anak gaul super yg berjibun pengen naek gunung.
Kalo lu bilang mereka emg ngga bs langsung expert bisa naek gunung, ngga mungkin ada bayi baru lahir lgsung bisa naek gunung, emang ngga ada njing! Tp lu dari bayi lahir paling ngga prnah diajarin emak lu buat menjaga lingkungan sekitar, ngga buang sampah sembarangan di kali. Kalo lu udh bisa menjaga itu semua, baru bolehlah naek gunung. Gitu aja emg susah ya? Engga ding, pasti susah buat lu & anak2 gaul super yg cm bisanya ikut arus dr film 5cm tp ngga bisa menjaga kelestariannya!
Mikir kalo mau beropini!
tapi film 5cm ini buat saya sangat menginspirasi…
maju terus perfilman INdonesia…