Menjelang bulan Agustus 2025 ramai diviralkan di media sosial terkait gerakan mengibarkan bendera One Piece alih-alih bendera merah putih. Gerakan ini dimaksudkan sebagai bentuk perlawanan terakhir warga Indonesia karena merasa pemerintah sudah terlalu bobrok dan tidak berpihak kepada rakyat.
Fenomena ini cukup menarik perhatian meski tak se-viral kasus-kasus heboh lainnya. Media-media arus utama mulai ikut menggaungkan fenomena ini dan menjelaskan makna dari gerakan mengibarkan bendera One Piece.
Buat temen-temen yang masih belum nangkep apa maksud gerakan mengibarkan bendera one piece, sebenarnya agak aneh. Bisa jadi kalian terlalu tua untuk menonton One Piece, meski hanya beberapa episode, atau terlalu kecil untuk memahami manga atau anime One Piece.
Jadi bendera One Piece atau lebih spesifiknya bendera Bajak Laut Topi Jerami (Mugiwara no Ichimi) cocok digambarkan sebagai bentuk protes karena dalam ceritanya, Luffy dan teman-temannya melawan rezim zalim Tenryubitto yang menyembunyikan kebenaran, melestarikan korupsi, kolusi, nepotisme, dan berusaha menutupi sejarah dunia. Nah, sampai di sini kalian merasa relate sama pemerintahan ga? Kalau iya, boleh tuh, ikutin ngibarin bendera One Piece.
Pengibaran bendera One Piece ini tak lagi sekedar keren-kerenan, tak lagi sekedar nunjukkin kalau kita paham anime, kita Wibu Sejati. Gerakan ini lebih dalam dari itu, sebuah gerakan yang menunjukkan keputusasaan yang semakin dalam, sampai sebuah cerita kartun menjadi simbol perlawanan.
Pemerintah sudah tak lagi bisa dikritik dengan intelek, tak bisa lagi menerima masukan yang diucapkan baik-baik. Represi dari petugas pengamanan negara semakin tak masuk akal. Hal-hal sederhana mereka anggap bibit pergerakan sehingga langsung dipersekusi dan dibubarkan.
Lebih ironis lagi, dewan yang seharusnya mewakili rakyat malah mulai meng-counter fenomena bendera One Piece dengan menyebarkan perasaan paranoid tentang usaha memecah belah bangsa. Kalian itu yang sedang memecah belah dengan komentar-komentar tak disaring dan kebijakan-kebijakan yang lebih konyol dari kebijakan pengurus RT.
Jangan menutup mata, negara kalian sedang dalam tahap kembali ke masa-masa orde baru di mana semua hal dikekang dan rezim pemerintahan seenaknya memperkaya diri mereka.


