Assalamualaikum
 
Tak terasa sudah hari ke sepuluh, sudah 1/3 ramadhan hampir terlalui, apa kita sudah merasa lebih baik? InsyaALLAH. Pada Tausiyah Ramadhan 1434 H kali ini saya ingin cerita lagi.
 
Ada sepasang suami istri yang sedang berbelanja beberapa pakaian di pasar grosir tradisional semacam pasar klewer, kegiatan ini tentunya inisiatif sang istri karena ingin beberapa busana untuk menyambut hari raya Iedul Fitri, Sang suami mengikutinya dari belakang, menyusuri lorong-lorong pasar yang ternyata sudah ramai, dengan cekatan Sang Istri memilih dan memilah baju yang dinginkannya, Sang suami hanya setia menemani di belakang tanpa menunjukkan rasa ketertarikkan sedikit pun, walaupun sejatinya Sang suami ikhlas menemani. Setelah cukup lama akhirnya giliran suami di suruh memilih beberapa baju Koko, sang suami terkesan datar dan nurut pilihan sang istri, saat sang suami disuruh milih, langsung aja bilang “Iya ini bagus” sang istri tidak sependapat dan memilihkan model lain, sampai akhirnya sudah jatuh pilihan ke satu model baju koko, tinggal proses pembayaran, sang istir menawar ke penjual, singkat cerita tidak ada persetujuan dari penjual, sang istri memutuskan untuk cari kios lain agar dapat lebih murah. Mulai dari sini sang suami sudah sedikit geram, sampai akhirnya sepasang suami istir itu muter-muter pasar yang ramai dan sesak, selang berapa waktu kios yang diinginkan pun tak kunjung datang dan akhirnya mereka berdua kembali ke kios yang sebelumnya untuk membayar baju koko pilihan sang istri tadi. Disini perasaan sang suami sudah marah, marah dalam diam, tak mengerti apa yang dipirkan sang istri dengan bersikap seperti itu. Sesampainya di rumah sang suami langsung tidur, karena merasa marah kepada sang istri.
 
 
Dari cerita diatas dapat kita simpulkan bahwa sang suami marah saat berpuasa, walaupun kemarahannya bukan merah brutal, hanya marah dalam diam, tetap saja perasaan jengkel tumbuh di hati sang suami. Bisa dikatakan sang suami sedang diuji ALLAH SWT, perasaannya diuji lewat kejadian di pasar bersama istrinya. Kita tidak akan mengambil hasil akhir bahwa sang suami gagal dalam menghadapi ujian ALLAH SWT tapi kita akan mengambil sisi positifnya saja, untuk selalu waspada, selalu sabar dalam berfikir, dan lebih hati-hati dengan hati. Karena di bulan ramadhan seperti ini menahan emosi adalah perintah dan akan menyempurnakan puasa kita semua. Jika sedang beraktifitas di bulan ramadhan lebih berhati-hati, godaannya lebih banyak.
 
Sesungguhnya ALLAH bersama orang yang sabar.
 
Bismillah