The Hateful Eight merupakan karya terbaru dari sutradara Quentin Tarantino. Meskipun saya bukan pengikut sejati film-film karya Tarantino, tetapi beberapa yang saya tonton termasuk (of course) Kill Bill Vol. 1 & 2 selalu membekas di hati dan memberikan kekaguman tersendiri. Dari segi genre The Hateful Eight (yang kedepannya akan saya tulis THE, red.) merupakan film aksi, drama dengan balutan komedi yang minimalis.

Fair Warning, bagi yang tak mau membaca spoiler mengenai filmnya bisa berhenti membaca review ini, silahkan cari tulisan saya yang lain,  but I did my best to make this review spoiler free.

Dari jajaran pemain, film ini menampilkan kembali beberapa aktor langganan Tarantino seperti Samuel L. Jackson, dan Michael Madsen. Kemudian ada Kurt Russel, Jennifer Jason Leigh, Tim Roth, Demian Bichir, hingga cameo dari Channing Tatum.

Dari segi cerita, bisa dituliskan secara sederhana, film ini mengenai orang dengan sebuah misi yang ‘sensitif’ dan orang tersebut mencurigai setiap orang yang ditemuinya dan menganggap mereka semua berbohong karena ingin menggagalkan misi tersebut. Disinilah salah satu kelebihan Tarantino, sutradara berwajah aneh ini mampu membangun sebuah cerita dari kerangka cerita yang menurut aku tak begitu luas, menjadi sebuah rangkaian cerita kompleks.

Tarantino sukses menciptakan film yang mampu menciptakan perasaan seolah-olah membaca novel dengan fokus berbeda tiap bab-nya tetapi mempunyai satu benang merah cerita yang sama. Selain itu kemampuan Tarantino dalam membuat sebuah adegan kekerasan yang ciamik kembali terbukti di film ini. Dialog yang dibuat Tarantino selalu saja bisa membuat sebuah film sangat menarik untuk diikuti meskipun hanya didominasi oleh adegan-adegan percakapan.

The Hateful Eight - The Weinstein Company

The Hateful Eight – The Weinstein Company

Dari judulnya bisa ditebak, film ini akan berfokus kepada sebuah rasa benci diantara 8 orang, dan sekali lagi Tarantino lulus dalam ujian mengembangkan ke-8 karakter yang ada menjadi sebuah cerita yang sangat meyakinkan. Setiap karakter secara pas menempati posisinya masing-masing hingga ceritanya mencapai klimaks.

Tarantino secara mulus menggunakan unsur-unsur sejarah Amerika Serikat sebagai sumber konlfik film ini, yang paling kental terasa adalah konflik perbedaan warna kulit dan ras. Selain dikarenakan uang, kebencian yang muncul dalam film ini dikarenakan konflik perbedaan warna kulit dan ras. Oleh karena itu film ini akan lebih mengena jika ditonton orang-orang Amerika atau orang yang sedikit banyak paham mengenai konflik tersebut.

Film ini pun sukses membuat perasaan di mana sosok yang dibela sejak awal film ternyata harus menemui nasib yang naas.

Overall, THE merupakan film crime drama yang layak banget buat ditonton. Terutama oleh mereka yang gemar melihat adegan-adegan kekerasan dan menyaksikan sebuah proses kejahatan yang terorganisir. Meskipun ada konflik ras dan warna kulit, overall ceritanya ringan dan masih mudah untuk dipahami.