Udah lama ga sharing pemikiran konyol nih, terlalu sibuk LDR soalnya.

Sebagai buruh kasar yang bekerja di media online, rasanya banyak banget kelucuan yang ingin saya jabarkan. Salah satunya anggapan saya tentang beberapa media online yang memosisikan media mereka mirip seperti kos-kosan bebas.

Udah bisa bayangin kan ya? Kos-kosan bebas di mana pemilik kos ga peduli tentang apa yang dilakuin penghuni kosan mereka.

Misalnya, kosan cowok. Penghuninya bawa cewek masuk, nginep berhari-hari ga ada yang mempermasalahkan. Soal ketertiban umum, penghuni kosan ada yang mabuk-mabukan sampai membuat kegaduhan, ga ada yang negur. Pemilik kos ga merasa ingin menertibkan.

Nah, esensi pemilik, pengatur, dan penanggungjawab yang tak punya kesadaran untuk mengatur apa yang menjadi kuasa nya itu sekarang banyak muncul di media online.

Di sini saya tidak membahas media online yang tak punya back up perusahaan besar ya, yang belum punya jaringan nasional belum perlu diperhitungkan.

Pernahkah kalian membaca berita, di bagian akhir berita ada disclaimer kalau tim redaksi tak bertanggung jawab atas isi berita? Alasanya, karena ditulis pihak ketiga.

Kurang bodoh apalagi coba disclaimer tersebut? Udah bisa bayangin persamaan tim redaksi kayak gitu dengan Pak Kos yang ga ngurus warga kosannya?

Bayangin aja, media online skala nasional, buka peluang pihak ketiga nulis, tapi ga mau mengkonfirmasi kebenaran konten. Goblok kan?

Okay, let’s say disclaimer kayak gitu sah dalam aturan jurnalistik dan saya yang kurang ilmu. Tapi apa mas mbak jurnalis senior gak punya keinginan agar semua konten di media anda terkonfirmasi? Harusnya, kalau ada tanggung jawab sosialnya, disclaimer kayak gitu bisa dihilangkan.

Oknum media-media online kayak gitu sepertinya memosisikan media mereka hanya sebagai alat bisnis. Tak ada tanggung jawab sosialnya. Tujuannya cuman menghadirkan konten sebanyak-banyaknya.

Yuk kita balik ke alasan saya nulis ini.

Beberapa hari lalu saya nemu video amatir soal pegawai hotel di Bali yang dianggap melakukan pelecehan seksual [Minta hohohihe ke tamu biar bisa refund :S]

Nah, di Detik udah ada keterangan yang secara jurnalistik bisa dipertanggung jawabkan. Ada keterangan polisi. Lah, di media lain yang menurut saya skalanya udah nasional, berita tersebut diberi disclaimer bodoh itu.

Ini berita peristiwa lho. Membawa nama baik perseorangan dan institusi. Kasusnya pelecehan seksual. Kalau pihak ketiga salah gimana? Ya media itu ikut nyebarin informasi salah. Kok bisa-bisanya isi di luar tanggung jawab redaksi.

Cen bgst….