Apa sih yang paling ga mengenakan saat pergi ke toko buku? Kalau saya, perasaan ga bisa bebas milih buku, alias modal dalam dompet pas-pasan. Adakah dari kalian yang merasakan hal serupa?

Bagi saya, pergi ke toko buku adalah sebuah aktivitas penting. Setidaknya sebulan dua kali, refresh mata dan pikiran dengan buku-buku keren yang ada di toko buku. Namun, tak jarang refreshing ke toko buku berakhir hanya dengan angan-angan niatan beli buku ini dan itu.

Selama bujet di dompet masih pas-pasan, angan-angan itu akan selalu berulang di kesempatan berikutnya kita pergi ke toko buku. Sekalinya ke toko buku di momen-momen pasca-gajian, niatan beli buku pun masih bisa gagal karena gaji sudah dialokasikan ke kebutuhan lain.

Nah, kalau sudah begitu caranya bagaimana? Saya ada dua tips, yang pertama ubah mindset, kemudian mari menabung.

Cara pertama adalah mengubah mindset atau pola pikir. Tempatkan buku sebagai salah satu kebutuhan pokok. Sejajarkan buku dengan kebutuhan membeli sabun mandi dan pasta gigi. Dua benda tersebut mau tak mau harus dibeli secara berkala. Begitu pula buku, umpamakan buku yang sudah dibaca sebagai pasta gigi yang habis (namun tak perlu dibuang :D). Jadi perlu beli lagi.

Ilustrasi perpustakaan pribadi (Photo by Radu Marcusu on Unsplash)

Ilustrasi perpustakaan pribadi (Photo by Radu Marcusu on Unsplash)

Nah untuk mendukung pola pikir baru ini, mari kita menabung. Menabung bisa dilakukan dengan berbagai cara. Untuk yang memilih cara konvensional bisa memakai botol air mineral ukuran besar, atau blek bekas, atau membeli celengan. Kalau saya sih pakai blek bekas kue kering. Lebih aman, lebih memuaskan.

Selanjutnya setiap hari bisa disisihkan paling tidak Rp5.000 per hari untuk tabungan buku. Tunggu dulu sampai satu bulan agar tabungan terisi. Misalkan saja setelah 20 hari, tabungan buku sudah terisi Rp100.000. Dengan dana itu Anda sudah bisa membeli setidaknya satu buku. Ulangi cara tersebut hingga Anda bisa membeli buku secara rutin.

Bagi Anda yang kurang cocok dengan teknik konvensional coba dengan membuka rekening khusus untuk belanja buku. Karena pakai rekening, sehingga kurang efektif kalau menabung setiap hari. Anda bisa mentransfer rekening buku setiap Anda gajian. Kalau belum punya penghasilan, ya cari dong! Terus mari menabung.

Tak perlu mentransfer banyak, cukup Rp75.000 sampai Rp100.000 setiap bulannya. Agar rekening bisa terisi terlebih dahulu, Anda harus rela tak membeli buku selama kurang lebih dua atau tiga bulan. Hal itu ditujukan agar rekening buku sudah memiliki dana mengendap. Bagi Anda yang sedang memiliki uang berlebih, silahkan mentransfer sejumlah dana agar mengendap di rekening buku tanpa harus puasa berbelanja buku. Atur pembelian buku agar dananya tak defisit sehingga menggangu rekening lain.

Dari dua cara menabung itu saya cenderung memilih teknik membuka rekening di bank khusus untuk menyimpan dana belanja buku. Kenapa? Lebih aman, simpel, dan praktis. Aman karena saat kita menabung di bank ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang akan menjamin simpanan milik nasabah di bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Selain itu, dengan kecanggihan teknologi, kita bisa berbelanja buku tanpa membawa uang tunai. Cukup manfaatkan  fasilitas debit atau menggunakan cara pembayaran nontunai lainnya yang tersedia.

Dengan rekening khusus berbelanja buku, Anda bisa menyiapkan dana yang lebih besar untuk menyambut pameran buku bertaraf  nasional hingga internasional. Bayangkan betapa menyenangkannya bisa seenaknya belanja buku impor saat pameran buku.

Bagaimana? Dengan tips ini masih belum pengen menabung? Mari menabung!