Tibalah saatnya, dimana ajal dijemput dan raga tak lagi bergerak, tangis pecah, dan liang lahat menunggu dibelakang. Dibicarakan banyak orang, di dio’akan banyak orang, di sholatkan banyak orang.

Mungkin memang beberapa detik sebelumnya aku tak pernah menyangka kejadiannya akan menjadi seperti itu, alur ceritanya akan seperti itu, yang kubayangkan memang jauh dari apa yang terjadi, yang kubayangkan memang bukan seperti itu. Hanya saja memang sudah terjadi, dan terjadi seperti itu.

“Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (Surat An Nisa’: 78)

 Mendapati orang yang kalian sayangi meninggal dunia itu memang sesuatu yang berat, dulu aku pernah bicara dalam hati saat mendatangi ta’ziyah keluarga temanku, hanya dengan melihat ekspresi wajah teman yang ditinggal anggota keluarganya, aku bisa menyimpulkan rasanya ditinggal anggota keluarga atau ditinggal orang yang kita sayangi. Perasaanku berbicara, rasanya biasa saja di tinggal mati orang yang kita sayangi, hanya sedikit ribet dalam acara pemakaman, hanya menangis, hanya seperti itu, kemudian aku pulang dan melupakannya. Betapa dangkalnya perasaanku saat itu.

Tahun ini aku mengalaminya sendiri, kehilangan salah satu dari beberapa orang yang paling berpengaruh dalam hidupku, orang pertama yang akan menanyakan aku dimana saat beliau baru pulang dari kerja, orang yang akan selalu ingat untuk menyisihkan bakso untuk ku saat kita sekeluarga berada di warung bakso favoritku, orang pertama yang menyalamiku saat aku diterima kuliah dulu, orang yang tak pernah merasa lelah saat membangunkaku di pagi hari, orang yang sentuhan punggung tangannya menenangkanku di saat ku sakit, orang yang tak segan-segan mengusirku saat ku tak beraturan, orang yang senantiasa mendahulukan ku daripada yang lainnya, orang yang menemani ku mengecat kamar. Orang yang saat hampir tak sadarkan diri masih mencariku dan senantiasa bilang bahwa di rumah ada bakso favoritku. Ayahku.

Beliau telah tiada, beliau telah dimakamkan, memaksakan diri untuk menemaninya pun tak bisa kulakukan, perjalanan beliau di dunia telah berakhir. ALLAH SWT telah memanggilnya, telah memberinya tempat baru di akhirat. Aku hanya bisa membayangkan apa yang beliau lakukan di akhirat sejauh imaginasi ku, tentang benar apa salahnya imaginasi ku itu tak penting, karena aku hanya ingin beliau bahagia dan mendapat tempat terbaik di sisi Nya.

Dan saat aku sudah mengalaminya, apa yang kuceritakan diatas mengenai perasaan orang yang ditinggal mati keluarganya adalah salah besar, adalah salah total. Bagaimana perasaanku saat itu? entah …. kosong total, aku tak bisa melakukan apa-apa, aku tak bisa berkata apa-apa, semuanya terjadi begitu cepat, semuanya terjadi tanpa terduga sebelumnya, tanpa ada persiapan apapun dari ku. Menangis pun tak memperbaiki apa-apa, aku harus terus berjalan, terus berkarya, dan terus mendoakannya.

Bismillahirrohmanirrohim,,,,,

Ya ALLAH Ya Rabb,, semoga ayahanda ku Khusnul Khotimah, semoga KAU ampuni segala dosa-dosa nya, semoga KAU terima segala amal ibadahnya, semoga KAU beri dia tempat terbaik di JannahMU, semoga kau beri ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga doa’ dari orang-rang yang mencintainya KAU ijabah semua, Ya ALLAH ijinkan kami sekeluarga kembali berkumpul di JannahMu kelak,,,, Ya ALLAH,,,, aku orang lemah, aku takut sekali kehilangan, aku mohon kepadaMU mohon dengan sangat kepadaMU, jika diijinkan dari tiga orang, yaitu Ibu, Kakak, dan Aku, berilah aku umur paling pendek dari ketiganya, mungkin dengan seperti itu aku tak lagi merasakan sakitnya kehilangan,,, tapi jika Engkau berkehendak lain,,, berilah aku hati seteguh hati Ayahku,,,, sehinga aku lebih mampu dalam menghadapi sebuah kehilanga…. Amiiin Ya Rabb…..

Mungkin karena memang tak terbayangkan itu semua di sebut rahasia tuhan, belajar dimanapun dan pada siapapun jika ini memang rahasia Tuhan, kita tak akan pernah mengetahuinya, maka mari dipersiapkan… karena persiapan menambah kemudahan,

Dan semoga Ayahku sedang tersenyum 😀